Senin, 03 Oktober 2011

Tuhan, maaf sepertinya.....

Tuhan, maafkan aku.

Yang begitu fasih dan rajin menjelaskan neraka kepada anakku.
Detail dengan segala tangan2 telanjang terikat belenggu besi berat dan timah panas cair dituangkan ke ubun2 yg pecah, rekah, utuh lagi dan dituang lagi. Tentang segala besi panas panjang membara yg ditusuk dari bagian sini *menunjuk salah satu bagian tubuh* sampai bagian sini *menunjuk bagian tubuh yg lain yg terjauh*.

Sementara mengenai Mu, tergagap aku menjelaskan bahwa Engkau adalah '(semacam) dzat maha tinggi yang ada semenjak (paling) awal dengan sendirinya dan sempurna tiada batas'

Lalu tak lupa selalu neraka kami pinjam dg mudah bbrp kali sehari untuk membuat mereka jeri melakukan ini itu yg tak kami suka.
Jauh lebih kerap daripada menjelaskan bahwa Kau hadir disini, situ, ini, itu di setiap ikhwal kejadian setiap hari yg kami jalani.

Pantaslah begini sekarang kami.

Anakku rasanya lebih takut kepada neraka daripada hormat kepada pencipta makhluk neraka itu.

Entah tentang iman yang hanya Kau peniliknya, tapi sepertinya kami -aku dan anak2ku- sampai entah kapan belumlah berani menyapaMu dengan cinta dan rindu.

Bagaimana akan rindu kepada mereka yg bahkan tak kau mengerti siapa ?

Tuhan, maafkan aku.