Kamis, 24 Maret 2011

Bila

Berjuta orang gegap gempita men selamat i pagi. Dan pagi tetap tergesa sibuk bergegas pergi.
Setiap hari kita memakan siang. Dan siang bergeming, memastikan diri tak habis terbagi untuk semua.
Semua bergilir bersama men tidur i malam dengan mesra tanpa khawatir. Karena malam selalu di datang i bulan.

lalu coba kau katakan padaku, apa yang tersisa untuk bercemas ?

| dari lini masa, seperti yang diceritakan istriku semalam sebelum tidur

Tuhan, jangan Kau Firaun kan aku

Aku tahu bahwa dari paras saja dan dibagian mana baju ini terkoyak, tentu aku bukanlah Yusuf. Sangatlah jauh dari Yusuf.
Tapi sungguh aku juga merasa sangatlah berbakat untuk menjadi Firaun. Bertukar tempat dengan Firaun.

Jadi mohonku, jagalah aku dijalanku ini ya Rabbana..
Jalan yang memang kerap tak mampu mencontoh dari kebaikan Yusuf.
Tapi juga jalan usaha keras tak kenal lelah untuk belajar banyak dengan tidak mengikuti keburukan Firaun.

Rabbana amin

Mobil dengan stiker "Follow Jesus"

Tulisan di milis PATIGAT, menanggapi kabar kisruh saling tuding di internal PKS.

------

Dengan analogi yang tidak terlalu tepat, mungkin adalah seperti Mobil dengan stiker "Follow Jesus" yang saya sua pagi ini.

Bagi saya, semestinya mobil adalah mobil, dengan segala mesin, body, ban dan segala asesorisnya, serta di kendalikan oleh supir untuk tujuan si supir.
Menjadi bias bila kemudian mobil itu ditempeli "Follow Jesus" dan kemudian masuk jalur bus way di depan Twin Plasa Slipi.
Pasti pelanggaran tersebut adalah karena kesalahan supir dan tidak ada hubungan sama sekali dengan Jesus dan segala ajarannya.
Saya sebagai mobil yang dibelakangnya dan setiap orang lain yang juga membaca stiker tersebut dan tahu kelakuan mobil tersebut seharusnya paham bahwa "Follow Jesus" dan kelakuan supir adalah dua hal yang jauh berbeda.

Mobil tersebut adalah mobil. Just mobil. Dan tidak akan merubah maknanya dengan atau tanpa stiker tersebut. Kalaupun di salib pun pasti adalah hanya karena lambat dan bukan karena alasan lain yang lebih mulia, penebusan dosa misalnya.
Anggapan yang sama juga semestinya berlaku untuk mobil lain dengan stiker sejenis. Stiker hijau tulisan arab putih "Ishadu bi anna mulimun" misalnya.

Dengan menarik ibroh yang terkandung dalam kejadian diatas maka (menurut saya) ;

Stay hungry, stay foolish

...CEO paling berpengaruh didunia pun 'pedoman'nya mengingat kematian...

*Pidato Steve Jobs di Acara Wisuda Stanford University*
____________________________________________________

Saya merasa bangga di tengah-tengah Anda sekarang, yang akan segera lulus
dari salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah selesai
kuliah. Sejujurnya, baru saat inilah saya merasakan suasana wisuda. Hari ini
saya akan menyampaikan tiga cerita pengalaman hidup saya. Ya, tidak perlu
banyak. Cukup tiga.

*Cerita Pertama: Menghubungkan Titik-Titik*
Saya drop out (DO) dari Reed College setelah semester pertama, namun saya
tetap berkutat di situ sampai 18 bulan kemudian, sebelum betul-betul putus
kuliah. Mengapa saya DO? Kisahnya dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung
saya adalah mahasiswi belia yang hamil karena “kecelakaan” dan memberikan
saya kepada seseorang untuk diadopsi.

Dia bertekad bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga sarjana, maka saya pun
diperjanjikan untuk dipungut anak semenjak lahir oleh seorang pengacara dan
istrinya. Sialnya, begitu saya lahir, tiba-tiba mereka berubah pikiran bayi
perempuan karena ingin. Maka orang tua saya sekarang, yang ada di daftar
urut berikutnya, mendapatkan telepon larut malam dari seseorang: “kami punya
bayi laki-laki yang batal dipungut; apakah Anda berminat? Mereka
menjawab:“Tentu saja.” Ibu kandung saya lalu mengetahui bahwa ibu angkat
saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah angkat saya bahkan tidak tamat SMA.
Dia menolak menandatangani perjanjian adopsi. Sikapnya baru melunak beberapa
bulan kemudian, setelah orang tua saya berjanji akan menyekolahkan saya
sampai perguruan tinggi.

Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah. Namun, dengan naifnya saya
memilih universitas yang hampir sama mahalnya dengan Stanford, sehingga
seluruh tabungan orang tua saya- yang hanya pegawai rendahan-habis untuk
biaya kuliah. Setelah enam bulan, saya *tidak melihat manfaatnya*. Saya
tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam hidup saya dan bagaimana kuliah
akan membantu saya menemukannya. Saya sudah menghabiskan seluruh tabungan
yang dikumpulkan orang tua saya seumur hidup mereka. Maka, saya pun *memutuskan
berhenti kuliah*, yakin bahwa itu yang terbaik. Saat itu rasanya menakutkan,
namun sekarang saya menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang pernah saya
ambil.

Senin, 14 Maret 2011

Doa sampai ke Tuhan

Bagi saya, semua doa bagaimanapun caranya, oleh siapapun, pasti sampai ke Tuhan, buktinya semuanya dikabulkan |

ada kan yang tidak dikabulkan? |

belum itu atau dikabulkan dalam bentuk lain |

Iya, kalau bagi yang beriman bila belum dikabulkan adalah perintah untuk bersabar, sedang bagi yang dikabulkan adalah karena rahman-rahim Tuhan.

Sedang bagi yang tidak beriman, justru semakin dikabulkan, diberi, adalah dibiarkan bersenang-senang dan terlena oleh Tuhan, dan mereka sungguh akan menyesal di akhirat |

Entah kalo situ sohibnya Tuhan, jadi tau banget sampe detil maksud Tuhan, tapi bagi saya, saya tidak percaya "pembiaran" seperti itu oleh Tuhan kepada makhlukNya.

Saya cuma pernah dengar 'Ud'uni astajib lakum' berdoalah maka pasti Aku akan merespon...
Jadi setelah kepintaran menyusun dan memanjatkan doa, maka kemampuan berikutnya yang musti dikembangkan adalah kemampuan mengetahui responNya terhadap setiap doa kita, dan menghargai respon itu dengan upaya terbaik yang kita bisa.

Kuwi lek jare ku lho...