
nuwun sewu..ikutan nimbrung dkt..
Ditengah serbuan visual sampah dari foto caleg dan bendera partai, yang makin lama makin menekan dan berubah hampir menjadi teror visual, belakangan aku masih bisa sedikit terhibur oleh pengetahuan ttg akronim2 yang jg banyak berseliweran di depan hidung kita. Selain lembaga pemerintahan, kebiasaan singkat menyingkat juga berlaku untuk tag line suatu daerah. Solo Berseri.. Pati Mina Tani.. Jogja Berhati Nyaman.. Temanggung Bersenyum.. Cilacap Bercahaya.. trus ada lagi yang beriman, berhiber.... Bergurau [bersih, guyup, rapih, uaman], Benci [bersih, enak, nikmat, cantik dan indah... lho ini daerah opo restoran] semuanya adalah singkatan, yang menjadi tidak penting lagi apa kepanjangannya. Juga untuk menyebut suatu kawasan, yang katanya akan menjadi suatu kawasan yang unggul dan berkembang; Bermula dari Jabotabek, eh sekarang Jabodetabek. Muncul pula Gerbangkertosusila [Gresik, Bangkalan, Mojokerto, yang lagi hampir selesai di pelabuhan perak, ada Suramadu [surabaya madura], di daerah cimahi mBandung ada Pusdikbekang [pusat pendidikan perbekalan dan angkutan]..... kalo pulang kampung lewat selatan, nglewati rangkaian Barlingmascakeb [Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen]..... arus balik dari blitar ke jkt, kadang lewat Pawonsari Bakulrejo [Pacitan, Wonogiri, Wonosari, Bantul, Kulon Progo, Purworejo], trus bablas ke ; Joglosemar [Jogja Solo Semarang].... Kreatifitas ini terus bertumbuh subur ke arah satu sisi. Maksudnya ada aturan2 imajiner yang membatasi untuk tidak berkembang ke arah misalnya ; membalik urutan menjadi Semarang Solo Yogya, disingkat menjadi Semar Loyo.... atau juga Dibalang Sendal [Purwodadi, Batang, Pemalang, atau bahkan Kasur Bosok [Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali, Solo, Klaten]. lebih saru lagi Susu Mbokde [Surakarta , Sukoharjo, Mboyolali, Kartasura, Delanggu] trus lagi Tanteku Montok [Panjatan, Tegalan, Kulwaru, Temon, Toyan, Kokap] Bila di Jakarta, dengan tingkat kesibukannya yang menghimpit orang hanya bisa berkreasi seragam dg Citos [cilandak town square], lalu Setos [serpong town square], Jotos [jonggol town square] dan Atos [alam asri town square], maka anak-anak muda Jogja dengan kreatifitas mereka yang absurd itu kemudian memunculkan ; Amplas untuk atau Jakal [Jalan Kaliurang], Jamal [Jalan Magelang]. Kalau sampeyan sekolah di SMA 6, bisa nyombong kalau sampeyan sekolah di Depazter alias Depan Pasar Terban. Bahkan, dari pusat Konon dahulu kala waktu sibuk dan histeris milih sekolah setelah SMA, ada beberapa akronim yang masih nyantol di kepala; Universitas pak Dirman untuk UNPAD, ITS [institute tinggi sekali] yang kalah pamor dengan ITTS [institute tinggi tinggi sekali] UBAYA [universitas banyak biaya].. trus jg IKIP yang waktu itu ganti nama menjadi UPI [Universitas padahal ikip] Kalo Sampeyan seorang yang enthengan, ringan tangan, suka membantu, ndak pernah menolak untuk dimintai tolong? Berarti sampeyan layak menyandang nama Willem Ortano, alias Dijawil Gelem Ora Tau Nolak. Atau kalau sampeyan se profesi dengan saya, yang dodol semoyo dagang janji, pinter omong, jualan obat, meyakinkan orang dengan omongan sampeyan yang nggak karuan bener salahnya, maka jangan marah kalau sampeyan dipanggil sebagai Toni Boster, alias Waton Muni Ndobose Banter. |
masih dari amang Mula... mohon ijin ya amang...Antara Jamuan Cocktail dan Pesta Batak di Gedung Hermina atau Kolpatarin ItuOleh: Mula HarahapSaya adalah anggota yang cukup aktif dari sebuah milis yang mayoritas angotanya adalah orang-orang Batak. (Sebuah milis yang membicarakan tentang Tuhan dan adat "pulak". Bayangkanlah bagaimana gegap-gemptanya). Tapi setelah bertemu dengan Facebook kehadiran saya di milis tersebut memang menjadi kurang intensif. Beberapa kawan saya, anggota milis tersebut, rupanya melihat juga apa yang terjadi atas diri saya, dan mengeluarkan komentar atau guyonannya. Kepada mereka saya mengatakan bahwa ini adalah yang sangat biasa dan manusiawi: Semua orang akan asyik-masyuk dengan "barang baru". Tapi setelah 2 bulan menjadi anggota Facebook, saya rasa, saya sudah menemukan keseimbangan. Saya sudah tahu kelemahan dan kelebihan Facebook dibandingkan dengan media yang lainnya (milis dan blog). Facebook itu ternyata adalah media untuk bertegur-sapa. Disebabkan oleh banyaknya feature yang ditawarkan olehnya, maka perhatian orang menjadi terbelah. Orang tidak punya waktu dan tidak suka berkomunikasi secara intens di Facebook. Kita publikasikan status kita (apa yang sedang kita pikirkan atau rasakan) lewat satu-dua kalimat pendek di atas page kita, lalu kawan-kawan akan menanggapi atau mengomentarinya. Agar ditanggapi, status itu sebaiknya yang ringan-ringan saja ("mula harahap sedang ke gymn dan habis itu mau ke salon….", "mula harahap sedang menikmati secangkir kopi di starbuck….", "mula harahap siap-siap mau bobok"…..dsb). Jangan lemparkan status yang membuat orang mengernyitkan kening. Seorang kawan saya–dasar seorang filsuf–suka sekali membuat status yang menyerupai sajak Joko Pinurbo. Yah, tentu saja statusnya tak dikomentari orang. Hahahaha…. Ternyata di Facebook foto lebih berbicara daripada tulisan. Karena itu kalau kita punya kamera digital rajin-rajinlah mengambil foto dan men-tag-nya (membuatnya masuk di page kawan-kawan), apalagi mereka yang tampangnya ada di foto tersebut. Saya jamin komentar akan banyak bermunculan. Saya tak tak memiliki kamera digital, dan–yang lebih parah lagi–tak tahu mengoperasikan kamera digital. Karena itu page saya cenderung "holan hata-hata" ("cuman kata-kara doang"). Yah, tentu saja page itu jadi sepi dari komentar. Facebook memang memiliki feature bernama "note" yang memungkinkan kita menaruh tulisan-tulisan yang relatif panjang di page dan men-tag-nya (mengingatkan kawan-kawan tertentu agar membacanya). Tapi seperti yang telah saya jelaskan di atas, orang-orang atau kawan-kawan kita itu tak terlalu tertarik untuk membacanya. Seorang teman saya selalu menaruh tulisan dari blog-nya di Facebook. Tapi tulisan itu sepi tanggapan/komentar. Sementara bila di blog-nya tulisan yang sama selalu banyak mendapat tanggapan/komentar. Mungkin karena di Facebook identitas seseorang cenderung lebih terbuka dan jelas, maka komunikasi berjalan lebih santun. Di Facebook nyaris tak ada caci-maki. Yang ada ialah saling memuji atau melontarkan guyonan. Berdasarkan pengalaman 2 bulan mengkutak-katik Facebook, maka saya tiba pada kesimpulan berikut ini: Facebook (dan media lain yang sejenis seperti Friendster, Multiply dsb) adalah media pergaulan yang agak "sopan" tapi kurang intens. Saya suka membayangkan Facebook seperti sebuah jamuan cocktail. Orang-orang bergerak kesana-kemari dan hinggap disana-sini beberapa saat seperti capung. Orang-orang hanya bertegur-sapa dan bicara hal yang ringan-ringan serta saling bertukar kartu nama. Kalau kita mau berdiskusi,berdebat dan bertengkar-tengkar maka media yang paling tepat adalah milis. (Dan kita jangan salah, pertengkaran adalah suatu hal yang juga memberi manfaat bagi kesehatan jiwa). Saya suka membayangkan milis (apalagi milis yang membahas tentang politik atau agama) seperti pestanya orang-orang Batak. Ribut, berpanjang-panjang, penuh dengan perdebatan dan pertengkaran, tapi intens. Bahkan, acapkali, "kelewat" intens Begitulah, setelah 2 bulan "berfacebookria", akhirnya saya–seorang Batak–menemukan sebuah keseimbangan baru: Saya akan tetap pergi ke jamuan-jamuan cocktail yang bernama Facebook itu. Tapi karena orang yang hadir dalam jamuan-jamuan seperti itu sangat beragam dan tidak selalu sama "adatnya" dengan saya, maka tentu saja saya harus "jaga diri". Saya jangan langsung meminum anggur yang disodorkan itu dalam sekali tenggak. Saya jangan bercakap-cakap dengan suara keras. Saya jangan "mojok" hanya dengan satu atau dua orang tertentu. Saya harus membawa kartu nama. Jangan mencatat nama dan nomor telepon di balik kertas bungkus rokok. Itu tak sopan. Tapi undangan ke pesta-pesta Batak yang bernama milis itu, tak boleh pula saya tampik. Di sana–sebaliknya–saya jangan terlalu sopan. Itu bukan jamuan cocktail. Kalau pembagian "jambar" daging itu memang tak pantas, saya boleh marah-marah. Kalau saya diminta untuk berbicara–apalagi kalau di perhelatan itu kedudukan saya relatif tinggi–saya boleh bicara berpanjang-panjang dengan suara keras, sampai nanti diingatkan oleh protokol. Di antara "jamuan cocktail" dan "pesta Batak di Gedung Hermina atau Kolpatarin" itu tentu saja terdapat ruang pribadi atau "rumah" saya. Itulah blog. Di sana saya boleh lebih suka-suka. Mau bernyanyi, mau merepet, mau berdoa, terserah. Menjadi Batak (atau Jawa, Toraja, Nias dsb) sekaligus menjadi Kristen (atau Islam, Budha, Hindu dsb), menjadi Indonesia, dan menjadi warga dunia sungguh adalah sebuah seni yang harus dipelajari sendiri lewat pengalaman hidup
Beni SutRisno "happiness is an option. you can live in it every day" Sent not from my BlackBerry® powered not by Sinyal Kuat INDOSAT |
tulisan Amang Mula tentang blog nya; "ha..ha.. menarik sekali Amang.." Tentang Anjing Yang Senang Mengencingi Ban Mobil, Blog Ini, dan Saya Sudah lama saya memperhatikan tingkah laku anjing terhadap mobil yang sedang diparkir. Kalau ada mobil sedang diparkir, dan di sekitar mobil itu ada anjing yang berkeliaran, maka anjing tersebut pasti selalu akan mendekat ke salah satu ban, mengendus-endus, lalu—hup—mengangkat salah satu kaki belakangnya, dan mulai mengencingi ban. Tadinya saya berpikir bahwa anjing tergoda untuk mengencingi ban karena ada kehangatan atau bau tertentu yang memancar dari sana. Tapi setelah berpikir lebih lama datanglah jawaban lain di kepala saya. Boleh jadi anjing sedang memanfaatkan sebuah teknologi baru dalam mengkomunikasikan pesan-pesan kekuasaan, birahi dsb. kepada anjing-anjing lain di luar sana. Boleh jadi, anjing adalah makhluk yang cerdas dan kreatif. Daripada ia berlelah-lelah berlari di seantero kampung—mengencingi tiang listrik, pot tanaman, tembok jembatan dsb—maka ia cukup mengencingi sebuah obyek lalu memanfaatkan teknologi. Dengan mengencingi sebuah ban mobil, maka kelak, kalau mobil berjalan, pesan-pesan yang disampaikannya akan menyebar ke mana-mana. Tidak saja di seantero kampung, tapi juga di seantero kota. Eksistensinya akan dirasakan oleh anjing-anjing lain dalam lingkup wilayah yang lebih luas. Kemudian saya berpikir-pikir lagi: Inovasi ban terhadap anjing sebenarnya tak jauh berbeda dengan inovasi internet (terutama blog) terhadap saya. Daripada petentang-petenteng di seantero kampung untuk menyatakan eksistensi, dengan risiko, bisa ditempeleng orang, maka kini saya saya cukup memanfaatkan teknologi komputer. Memang, saya bukan anjing. Tak perlulah saya mengangkat salah satu kaki saya dan mengangkangi komputer. Dan tak perlu jugalah saya mengkomunikasikan pesan-pesan kekuasaan dan birahi ke dunia luar sana. (Saya bisa ditempeleng orang). Tapi saya bisa menekan tuts komputer—klik, klik, klik—dan menyampaikan pesan-pesan yang lebih beradab sesuai dengan kodrat saya. Itulah tujuan dari blog. Dia adalah sarana saya untuk menyampaikan pikiran dan perasaan tentang berbagai hal yang saya lihat dan alami di kehidupan ini kepada orang-orang di luar sana. Dan karena saya manusia, bukan anjing, maka tujuan saya "mengencingi" blog tentu saja bukan untuk membuat "jantan- jantan" lain di luar sana menyingkir dari saya, atau "betina-betina" lain di luar sana tunduk pada keinginan saya. (Memangnya saya ini siapa?) Tujuan saya yang pertama ialah ingin berbagai hal-hal yang mengganggu pikiran dan perasaan. Dan di negara porak-poranda yang bernama Indonesia ini banyak sekali hal yang mengganggu pikiran dan perasaan. Dengan menuangkan berbagai hal yang mengganggu pikiran dan perasaan, ketimbang hanya memendamnya sendiri, serta membaginya dengan orang lain, maka paling-tidak saya bisa memelihara kewarasan jiwa saya. Tujuan saya yang kedua ialah mencari kawan. Setelah membaca pikiran dan kegelisahan saya ini, maka saya berharap ada orang di luar sana yang mau memberi tanggapan, berdiskusi dan akhirnya membina perkawanan. Dan tujuan yang ketiga ialah membangun makam di dunia maya. Beberapa waktu yang lalu saya mendampingi seorang teman untuk menziarahi makam kekasihnya yang telah meninggal beberapa tahun lalu. "Ini hari ulang tahunnya. Tak enak kalau saya tak berziarah," kata teman saya. Tapi perjalanan berziarah ke sebuah makam di Jakarta ternyata bukanlah sebuah pengalaman yang menyenangkan. Dari mulai pinggir jalan hingga ke makam kita berhadapan dengan aneka tukang palak.Dan belum lagi, kalau musim penghujan, makam penuh dengan lumpur dan nyaris tak bisa dilalui. Saya pikir, kalau nanti saya mati, saya tak mau membuat orang merasa terbeban dan repot. Saya mau dikremasi saja dan—whush—abu jenazah saya silakan dibuang. Kalau para kekasih hati saya ingin menziarahi makam saya maka mereka tak perlu berurusan dengan para tukang palak dan lumpur yang tebal. Dari meja tulisnya masing-masing, dimana pun mereka berada, mereka cukup melakukan ziarah dengan sekali klik dan tiba di makam saya, yaitu blog ini[]. Mula Harahap.. Beni SutRisno "happiness is an option. you can live in it every day" Sent not from my BlackBerry® powered not by Sinyal Kuat INDOSAT |
Jika saya mendengar sesorang mengeluh, "Hidup ini berat", maka saya selalu tergoda untuk bertanya, "Dibandingkan dengan apa?" Sydney J. Harris Beni SutRisno "happiness is an option. you can live in it every day" |
Janganlah biarkan aku berdoa agar terlindung dari bahaya; tapi biarlah aku menghadapinya dengan tak gentar. Janganlah biarkan aku memohon agar kepedihanku dihilangkan; tapi biarlah aku diberi semangat untuk menaklukkannya. Janganlah biarkan aku mencari sekutu dalam pertempuran hidup; tapi biarlah aku mencari kekuatanku sendiri. Janganlah biarkan mengharap agar diselamatkan, tapi biarlah aku mengharap kesabaran untuk memenangkan kemerdekaanku. Buatlah aku agar jangan menjadi pengecut, yang mengharapkan belas kasihmu hanya dalam keberhasilanku. Tapi biarlah aku mencari genggaman tanganmu di dalam kegagalanku. Rabindranath Tagore Beni SutRisno "happiness is an option. you can live in it every day" |
"Selalu lihatlah pada sisi yang terang: saat fajar tengok ke timur, kala senja longok ke barat.." ...masih dari cak Amal.. Beni SutRisno "happiness is an option. you can live in it every day" Sent not from my BlackBerry® powered not by Sinyal Kuat INDOSAT |
Ya Allah, apabila kemiskinan dekat dengan kekufuran, limpahi kami dengan rezeki yang memudahkan kami bersyukur kepada-Mu. dari : www.plurk.com by cak Amal.... suwun Cak, you're inspiring... Beni SutRisno "happiness is an option. you can live in it every day" Sent not from my BlackBerry® powered not by Sinyal Kuat INDOSAT |
Dan..... save the best for last... disaat lontongnya sudah bermukim aman diperut kita dengan ditemani oleh beberapa tusuk sate kerang, maka dipiringmu akan tersisa kupang yang sudah benar2 mix dengan bumbu petisnya.... hhmmmm.... kalo boleh memilih makanan apa yang layak disajikan di Shangrilla, maka no doubt, I vote for these.....
Masih ada yang punya buku2 ini....? ha..ha..ha... kiriman dari Ucup-Jember. Tq Cup.. Beni SutRisno "happiness is an option. you can live in it every day" Sent not from my BlackBerry® powered not by Sinyal Kuat INDOSAT |
Islam itu tidak menyakiti siapa-siapa Islam itu kalau ada paku ditengah jalan dipinggirkan Islam itu adalah kalau ada barang mubazir didaya gunakan Islam adalah tidak mengganggu tetangga Islam adalah tangan ini tidak boleh nganggur, kaki tidak boleh nganggur, tidak boleh ada barang mubazir Malas itu makruh hukumnya, tidak boleh ada malas, pikiran harus cerdas dipakai terus, tangan kaki bekerja terus berkeringat. Islam itu tidak gampang curiga, gampang su'udhon dan gampang marah Kalau petani, Islam adalah memelihara kesuburan tanah, jangan terus menerus ditanami Kalau tukang ojek, Islam adalah jadikan penumpangmu merasa aman kalau menaiki ojekmu. Kalau anda jualan di toko atau warung, Islam adalah orang yang beli itu merasa aman dan percaya pada apa yang anda jual. [dr Maiyah KC] Beni SutRisno "happiness is an option. you can live in it every day" Sent not from my BlackBerry® powered not by Sinyal Kuat INDOSAT |
Now surely by Allah's rememberance are the hearts set at rest... Beni SutRisno "happiness is an option. you can live in it every day" Sent not from my BlackBerry® powered not by Sinyal Kuat INDOSAT |
[B] barat [A] asia
[B] Opinion ; to the point
[A] blunder, muter2 apalagi kalo opininya beda..
[B] Way of life ; Individualis, mikirin diri sendiri...
[A] Sukanya bareng2 dan ngumpulin sodara2, ngurusin problem family
[B] Punctuality ; ON TIME
[A] IN TIME
[B] Contacts ; contact to related person only
[A] Semua Temen semua sodara, banyak relasi urusan lancar.....
[B] Anger ; marah ya marah
[A] marah ya ramah
[B] Queue ; biasa antri...
[A] ngrumpul... siapa cepat dia dapet
[B] Sunday on road ; enjoy weekend on they own way
[A] akhir minggu rame2 di mal...
[B] On party ; kumpul dengan group nya masing2
[A] Focus hanya satu acara
[B] Di resto ; ngobrol pelan2...
[A] ngobrol keras2, ketawa2 riuh gak peduli meja sebelah
[B] Travelling ; demen sightseeing menikmati pemandangan
[A] Yang penting foto2 untuk dokumentasi. Pemandangan cm jd background
[B] Problem solving ; tabrak aja, yang penting solve the problem
[A] kalo bisa nghindari masalah dan tanpa meninggalkan jejak
[B] Three meal a day ; makan komplit dan kenyang 1 kali sehari
[A] makan 3 kali 1 hari ya harus kenyang semua
[B] Transportation ; dulu pk mobil sekarang climate care and change to non polution vehicle
[A] dulu sengsara naik sepeda, sekarang gengsi... ganti mobil dong....
[B] Eldery day in day a life ; udah tua lonelly paling ditemeni doggy
[A] gak akan kesepian asal mau ngemong cucu...
[B] Wheater and mood; logikanya hujan, ya banyak repot
[A] banyak hujan ya banyak rejeki...
[B] The Boss ; Boss is a member of team
[A] Bos adalah dewa Shiwa yang menakutkan
[B] What's trendy ; makanan asia yang healty
[A] makanan barat dengan gengsi tinggi
[B] The childs ; punya anak, dan dia hrs berjuang sendiri untuk hidup mandiri
[A] kerja keras jatuh bangun untuk anak...
Ah..masa iya....
|
Terima kasih ya Allah, Engkau telah mencukupi semua kebutuhan Rumi dengan ajaib dan menakjubkan Beni SutRisno "happiness is an option. you can live in it every day" Sent not from my BlackBerry® powered not by Sinyal Kuat INDOSAT |