Senin, 01 November 2010

Catatan tentang 'membagi madu'



Beberapa hari yang lalu, temanku secara bercanda -mungkin- menulis status "madu itu enak, manis dan bisa untuk ngobati penyakit... Tapi kenapa banyak wanita yang nggak mau di kasih madu...?"

Atas status tersebut ada komen yg menarik dari temannya teman ku sbb ;

"wanita sekarang sukanya kalo suaminya selingkuh dibanding di madu, padahal madu itu manis dan surga balasannya. Dibandingkan dengan selingkuh udah kotor, jorok dan neraka pula.... "

Komen lain masih dari orang yang sama ;

"adakah sahabat nabi yang tidak poligami?"

Menurut saya komen tersebut menarik karena beberapa hal ;

Hal #1. Kenapa poligami di perbandingkan dengan selingkuh, poligami diperbandingkan dg zina. Menurut ku itu perbandingan yg tdk setara..Nggak apple to apple, dondong to dondong dong....

Selayaknya Poligami diperbandingkan dengan Monogami, sedangkan Selingkuh diperbandingkan dengan bersetia. Sedangkan tentu saja zina ya diperbandingkan dengan tidak zina.

Jadi perbandingan yang benar -menurut ku- ; Bersetia lebih baik/buruk dari selingkuh, Zina lebih baik/buruk dr tidak zina, Poligami lebih baik/buruk dr monogami. Anda tinggal coret salah satu dari pilihan baik/buruk tersebut sesuai dengan preferensi anda saat ini.

Bila lalu perbandingan poligami lebih baik dari zina yang digunakan, maka logikanya menjadi ; kalau anda gagal dalam pengelolaan syahwat, lalu kemudian ingin berzina, lalu anda srat-sret berpoligami maka anda akan memperoleh pembenaran agama dan lalu dengannya anda merasa baik2 saja? betul..? dari pada zina kan? lalu di mana ketlingsutnya perasaan dan hak sang perempuan, sang istri untuk mendapatkan kebanggaan atas kesetiaan suaminya? bagaimana menjelaskan kepada anak si buah hati perihal pilihan sang ayah, pahlawan panutannya? lha kan sabab musabab awalnya sampean yang gak becus dalam management syahwat... itu aja napa yg diberesin, yang diterapi....